Rabu, 06 Oktober 2010

MANAJEMEN RESIKO

MANAJEMEN RESIKO
berhati-hatilah tapi jangan ragu
Hati-hati, uang anda bisa menguap begitu saja jika anda tidak memperhatikan
manajamen resiko trading. Ingatlah bahwa forex trading tergolong sebagai
investasi yang sifatnya high risk. Artinya forex trading tergolong memiliki resiko
tinggi. Salah satu yang tertinggi diantara instrumen investasi keuangan lainnya.
Faktor resiko yang harus Anda ketahui sebelum memulai forex trading :
1. Memiliki kemungkinan kehilangan dana dengan cepat.
2. Arus dana sangat cepat (very liquid)
3. Tidak ada metode trading yang dapat menjamin Anda pasti untung 100%.
Ada banyak metode trading yang bagus namun tidak ada satu pun yang
dapat menjamin untung 100%.
4. Forex trading bukanlah sebuah “quick rich scheme” yang dapat membuat
Anda kaya mendadak tanpa harus bekerja keras. Tidak ada keberhasilan
tanpa kerja keras. Kerja keras merupakan bagian yang tak terpisahkan dari
mereka yang mengalami kesuksesan finansial dalam hidupnya. Termasuk
mereka yang sukses melalui forex trading.
Diperlukan kerja keras untuk mempelajari analisa dan perilaku pasar sehingga
kita dapat menebak arah pergerakan harga dengan akurat. Begitu juga
diperlukan mental ekstra ketika hasil trading tidak sesuai dengan yang kita
harapkan.
Tanyakanlah pada trader-trader sukses yang Anda kenal, apakah mereka
pernah mengalami jatuh bangun dalam trading mereka. Dan jawabannya hampir
pasti adalah “ya”. Kesuksesan hanyalah disediakan bagi mereka yang mau
berusaha dan belajar terus menerus meperbaiki dirinya.
Nah berkaitan dengan resiko yang harus dihadapi jika kita hendak memulai
investasi di forex, diperlukan kiat-kiat khusus untuk memperkecil, atau bahkan
membalikkan posisi kita yang tadinya minus menjadi kembali positif dan memperoleh untung. Berikut beberapa kiat dan manajemen resiko yang bisa
Anda ambil :

1. Cut Loss
Merupakan aksi menutup posisi Anda yang berlawanan dengan pergerakan
harga pasar. Cut loss digunakan untuk membatasi kerugian yang dialami
sehingga tidak menimbulkan kerugian yang lebih besar lagi.
Sebagai contoh, katakanlah kita sedang membuka posisi kita pada GBP/USD
Open Buy pada harga 1.8000. Membuka posisi Buy berarti kita mengharapkan
harga naik melebihi 1.8000 sehingga kita memperoleh untung. Harapan kita
harga bergerak misalnya hingga 1.8100 sehingga kita bisa memperoleh profit
100 point. Namun apa daya, ternyata harga bergerak berlawanan dengan yang
kita harapkan. Ternyata harga bergerak turun terus menerus dari 1.8000 menjadi
1.7980 dan masih menunjukkan tendensi turun.
Nah daripada kita mengalami kerugian lebih lanjut dan akhirnya mengalami
margin call maka lebih baik posisi ditutup meskipun kita menanggung kerugian
20 point (1.8000 menjadi 1.7980 = -20 point). Aksi ini dinamakan cut loss yaitu
menutup posisi yang merugi guna mencegah kerugian yang lebih besar.
Detail Kasus Lainnya:
Tuan A membuka posisi Buy GBP/USD pada 1.8850 sebanyak 5 lot. Tuan A
memprediksi bahwa tak lama lagi dia bisa melikuidasi posisinya tersebut pada
1.8900. Oleh karena itu dia membuat Risk Manajemen untuk posisinya: Stop
Loss di 1.8800 dan Stop Limit pada 1.8900.
Ternyata harga bergerak turun tak menentu. Dengan segala pertimbangan, Tuan
A ingin menutup begitu saja posisinya pada 1.8825. Sehingga Tuan A rugi 25
point (1.8825-1.8850 = -0.0025)
Maka:
Profit/Loss = (1.8825 - 1.8850) x 100000 x Jumlah lot = -0.0025 x 100000 x 5
= - $125 (Tuan A mengalami kerugian $125)
* Perhitungan diatas tidak termasuk potongan untuk komisi.

2. Switching
Aksi ini mirip dengan cut loss, namun bedanya setelah menutup posisi kita yang
merugi, kita membuka posisi baru dengan arah yang sama dengan pergerakan
harga pasar.
Pada kasus yang sama dengan cut loss diatas, maka kita menutup posisi kita di
1.7980 lalu kita membuka sebuah posisi baru Open Sell karena harga cenderung
mengalami penurunan. Dengan demikian jikalau harga terus turun katakanlah
mencapai 1.7900 maka secara keseluruhan kita mengalami loss 20 point namun
memperoleh profit sebesar 80 points (1.7980-1.7900 = 80) sehingga total kita
masih memperoleh profit 60 points.
Contoh kasus
Mr. X memperkirakan harga akan NAIK. Jadi untuk mendapat keuntungan dia
memutuskan membeli (Buy) dengan harapan harga akan naik sehingga dia bisa
menjual dengan harga yang lebih mahal dan mendapat selisih Keuntungan. Tapi
ternyata bukannya naik, malah TURUN harganya.
Dan setelah analisa ulang, Mr. X berkesimpulan perkiraannya bahwa harga akan
naik ternyata SALAH. Jadi apa yang harus dia lakukan??? Daripada melawan
harga pasar dan menderita kerugian, lagipula harga akan turun lebih jauh dari
sekarang dia memutuskan menutup posisi Buy nya yang merugi dan kemudian
membuka posisi baru Sell (dengan harapan harga akan turun). Dan ternyata
harga terus turun sehingga dia mengalami keuntungan melebihi kerugian yang
diterima di posisi Buy yang dia tutup sebelumnya. Kemudian dia menutup posisi
Sell tersebut dan menerima keuntungan.
Tips Untuk Anda: # Lakukan hanya bila prediksi keuntungan switching melebihi
nilai kerugian posisi pertama yang akan ditutup. # Kalau ternyata harga berubah
ternyata sesuai dengan prediksi pertama, maka anda akan menderita kerugian 2
kali, yaitu posisi pertama dan posisi kedua juga
Detail Kasus:
Tuan A membuka posisi Buy GBP/USD pada 1.8850 sebanyak 10 lot. Tuan A
memprediksi bahwa tak lama lagi dia bisa melikuidasi posisinya tersebut pada
1.8900. Oleh karena itu dia membuat Risk Manajemen untuk posisinya: Stop Loss di 1.8800 dan Stop Limit pada 1.8900. Ternyata harga bergerak turun tak
menentu. Dengan segala pertimbangan, Tuan A ingin menutup begitu saja
posisinya pada 1.8825. Sehingga Tuan A rugi 25 point (1.8825-1.8850 = -0.0025)
Maka:
Profit/Loss = (1.8825 - 1.8850) x 100000 x Jumlah lot = -0.0025 x 100000 x 10
= - $250 (Tuan A mengalami kerugian $250)
Kemudian Tuan A menganalisa lagi dan memprediksi harga dan diketahui harga
akan terus bergerak turun, maka Tuan A membuka posisi Sell sebanyak 10 lot.
Tak beberapa lama harga turun. Pada akhirnya Tuan A menutup posisinya pada
1.8740. Tuan A mendapatkan keuntungan 80 point (1.8820 - 1.8740 = 0.0080)
Maka :
Profit/Loss = (1.8820 - 1.8740) x 100000 x Jumlah lot = 0.0080 x 100000 x 10 =
$800
Keseluruhan hasil dari dua trading tadi adalah
Trading I = -$250
Trading II = $800
Laba = $800 - $250 = $550
* Perhitungan diatas tidak termasuk potongan untuk komisi.
3. Averaging
Cara ini memerlukan modal ekstra untuk mempertahankan posisi yang telah kita
buka yang ternyata bergerak berlawanan dengan harga pasar.
Katakanlah pada kasus yang sama dengan contoh Cut Loss diatas, maka jika
kita hendak melakukan aksi averaging maka kita membuka posisi baru namun
dalam hal ini tidak seperti switching yang menutup posisi kita yang mengalami
kerugian lalu membuka posisi baru yang berlawanan dengan posisi kita yang
sebelumnya dengan alasan harga telah bergerak turun. Pada averaging kita
tidak menutup posisi kita yang telah dibuka (pada kasus ini Open Buy) lalu
bahkan kita menambahinya dengan membuka posisi baru dengan arah yang
sama, yaitu Open Buy kembali!

Mengapa demikian??? Bukankah kita telah melakukan Open Buy sebelumnya
dan mengalami kerugian, lalu mengapa kita melakukan Open Buy kembali?
Alasannya sederhana, kita berharap karena harga telah turun maka harga akan
kembali naik sehingga ketika kita melakukan aksi Open Buy yang kedua
diharapkan harga bergerak naik bahkan melampaui Open Buy kita yang pertama
sehingga kita memperoleh keuntungan ganda.
Contoh Kasus :
Mr. X memprediksi bahwa harga akan naik maka dia membuka posisi Buy.
Namun harga ternyata bergerak turun. Mr. X segera menganalisa lagi dan
kesimpulannya harga hanya akan turun sesaat dan akan kembali naik sesuai
analisa sebelumnya Dia memutuskan membuka posisi buy baru saat harga turun
sehingga ketika harga naik kembali dia bukan hanya memiliki 1 posisi yang profit
tapi 2 sekaligus. Ternyata benar, tidak lama kemudian harga naik dan kemudian
Mr. X menutup kedua posisi nya tersebut, yang pertama dan yang kedua.
Detail Kasus:
Tuan A membuka posisi Buy GBP/USD pada 1.8850 sebanyak 5 lot. Tuan A
memprediksi bahwa tak lama lagi dia bisa melikuidasi posisinya tersebut pada
1.8900. Oleh karena itu dia membuat Risk Manajemen untuk posisinya: Stop
Loss di 1.8800 dan Stop Limit pada 1.8900.
Ternyata harga terkoreksi dan bergerak turun. Tuan A kembali membuka posisi
Buy GBP/USD pada 1.8825 sebanyak 10 lot. Dia juga memasang Stop Loss di
1.8800 dan Stop Limit pada 1.8900.
Lalu tak lama kemudian harga kembali terkoreksi dan menyentuh 1.8900.
Dengan demikian Tuan A mendapatkan 2 keuntungan dari 2 posisi yang telah
dibuka :
Posisi I : Profit/Loss = (1.8900-1.8850) x 100000 x 5 lot= $250
Posisi I = $ 250
Posisi II : Profit/Loss = (1.8900-1.8825) x 100000 x 10 lot = $750
Posisi II = $ 750
Jumlah Profit kedua posisi : $ 250 + $ 750 = $ 1000

* Perhitungan diatas tidak termasuk potongan untuk komisi.
Ketiga manajemen resiko diatas sangat sederhana dan mudah untuk dilakukan.
Jadi, betapa sayangnya kita mengalami kerugian hanya karena kita tidak
mengetahui hal diatas. Namun apakah dengan mengetahui ketiga manajemen
resiko tersebut kita dipastikan tidak pernah mengalami loss?
Jawabannya tentu saja tidak. Kalau Anda cermati, ketiga manajemen resiko
diatas bertumpu pada satu hal : kemampuan kita menganalisa pergerakan
harga. Ya, memang itulah inti dari forex trading. Manajemen resiko bahkan tidak
pernah menjadi efektif apabila kita tidak mampu melakukan analisa dengan
benar dan akurat. Jadi, mengetahui analisa adalah keharusan dalam memulai
investasi di forex trading.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar